Kamis, 04 Juni 2015

Ruptur Uteri



·           RUPTUR UTERI

Rupture uteri adalah robeknya dinding uterus pada saat kehamilan atau dalam persalinan dengan atau tanpa robeknya perioneum visceral.
Ruptur uteri dapat terjadi sebagai akibat cedera atau anomali yang sudah ada sebelumnya, atau dapat menjadi komplikasi dalam persalinan dengan uterus yang sebelumnya tanpa perut.Faktor predisposisi lainnya yang sering ditemukan pada ruptur uteri adalah riwayat operasi atau manipulasi yang mengakibatkan trauma seperti kuretase atau perforasi.uterus yang sebelumnya tidak pernah mengalami trauma dan persalinan berlangsung spontan, tidak akan terus berkontraksi dengan kuat sehingga merusak dirinya sendiri.
Menurut waktu terjadinya :
1.      Ruptura uteri gravidarum
Terjadi waktu sedang hamil, sering berkolasi pada korpus.
2.      Ruptura uteri durante partum
Terjadi waktu melahirkan anak, lokasinya sering pada SBR. Jenis inilah yang terbanyak.
Menurut lokasinya :
1.      Korpus uteri
Biasanya terjadi pada rahim yang sudah pernah mengalami operasi. Seperti seksio sesarea klasik (korporal) atau miomektomi.
2.      Segmen bawah rahim
Biasanya terjadi pada partus yang sulit dan lama (tidak maju) SBR tambah lama tambah regang dan tipis dan akhirnya terjadinya ruptura uteri.
3.      Serviks uteri
Biasanya terjadi pada waktu melakukan ekstraksi forsep atau vesi dan ekstraksi, sedang pembukaan belum lengkap.
4.      Kolpoporeksis-kolporeksi
Robekan-robekan diantara serviks dan vagina.

Menurut robeknya peritoneum
1.      Kompleta
Robekan pada dinding uterus berikut peritoneumnya ( perimetrum), sehingga terdapat hubungan langsung antara rongga perut dan rongga uiterus, dengan bahaya peritonitis.
2.      Inkompleta
Robekan otot rahim tetapi peritoneum tidak ikut robek. Perdarahan terjadi subperitoneal dan bisa meluas sampai ke ligamentum latum.
Menurut etiologinya
·         Karena dinding rahim yang lemah dan cacat, misalnya pada bekas SC miomektomi, perforasi waktu     kuretase, histerorafia, pelepasan plasenta secara manual. Dapat juga pada graviditas pada kornu yang rudimenter dan graviditas interstisialis, kelainan kongenital dari uterus seperti hipoplasia uteri dan uterus bikornus, penyakit pada rahim, misalnya mola destruens, adenomiosis dan lain-lain atau pada gemelli dan hidramnion dimana dinding rahim tipis dan regang.
·          Karena peregangan yang luar biasa dari rahim, misalnya pada panggul  sempit atau kelainan bentuk panggul, janin besar seperti janin penderita DM, hidrops fetalis, postmaturitas dan grandemultipara. Juga dapat karena kelainan kongenital dari janin : Hidrosefalus, monstrum, torakofagus, anensefalus dan shoulder dystocia; kelainan letak janin: letak lintang dan presentasi rangkap; atau malposisi dari kepala : letak defleksi, letak tulang ubun-ubun dan putar paksi salah. Selain itu karena adanya tumor pada jalan lahir; rigid cervix: conglumeratio cervicis, hanging cervix, retrofleksia uteri gravida dengan sakulasi; grandemultipara dengan perut gantung (pendulum); atau juga pimpinan partus yang salah.
Menurut gejala klinis
1.      Ruptura uteri imminens (membakat=mengancam); penting untuk diketahui. Gejala klinis akan dibicarakan kemudian.
2.      Ruptura uteri (sebenarnya).
Upaya Pencegahan :
Anjurkan bersalin di rumah sakit. Lakukan pemeriksaan yang teliti misalnya kalau kepala belum turun lakukan periksa dalam dan evaluasi selanjutnya dengan pelvimetri. Bila panggul sempit (CV 8 cm), lakukan segera seksio sesarea primer saat inpartu.
·         Malposisi Kepala
·         Coba lakukan reposisi, kalau kiranya sulit dan tak berhasil, pikirkan untuk melakukan seksio sesarea primer saat inpartu,dll.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar